PENGUKURAN
Uraian Materi 2.2
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 2 Pengukuran 2 - 12
Ketepatan dalam pemilihan alat ukur, memungkinkan diperolehnya hasil
pengukuran yang lebih teliti, tetapi tidak mungkin menghasilkan pengukuran
yang tepat (akurat) secara mutlak. Akurasi pengukuran harus dicek dengan
cara membandingkan hasil pengukuran yang diperoleh dengan nilai standar
yang ditetapkan. Selain itu, akurasi alat ukur yang digunakan pun harus dicek
secara periodik dengan metode the two-point calibration. Apakah sebelum
digunakan alat ukur telah menunjuk nol? Apakah pada saat digunakan untuk
mengukur sesuatu yang standar, alat ukur tersebut menunjukkan pembacaan
ukuran yang benar?
C. Sumber-sumber ketidakpastian dalam pengukuran
Ada tiga sumber utama yang menimbulkan ketidakpastian pengukuran. Ketiga
sumber tersebut diuraikan sebagai berikut ini.
Ketidakpastian Sistematik
Ketidakpastian sistematik bersumber dari alat ukur yang digunakan atau
kondisi yang menyertai saat pengukuran. Jika sumber ketidakpastian adalah
alat ukur, setiap kali alat ukur tersebut digunakan diperoleh hasil pengukuran
yang menunjukkan ketidakpastian yang sama. Beberapa yang termasuk
dalam ketidakpastian sistematik antara lain dijelaskan berikut ini.
• Ketidakpastian alat
Ketidakpastian ini muncul akibat kalibrasi skala penunjukan angka pada
alat ukur yang tidak tepat sehingga pembacaan skala menjadi tidak sesuai
dengan yang sebenarnya. Misalnya, kuat arus listrik yang melewati suatu
beban sebenarnnya 1,0 A, tetapi bila diukur menggunakan suatu
ampermeter tentu selalu terbaca 1,2 A. Untuk mengatasi ketidakpastian
alat ukur tersebut, harus dilakukan kalibrasi setiap alat yang akan
dipergunakan.
• Kesalahan nol
Ketidaktepatan penunjukkan alat pada skala nol juga menimbulkan
ketidakpastian sistematik. Hal ini sering terjadi, tetapi juga sering
terabaikan. Umumnya, sebagian besar alat ukur sudah dilengkapi dengan
skrup pengatur/pengenol. Apabila sudah diatur maksimal tetap tidak tepat
pada skala nol, untuk mengatasinya harus diperhitungkan selisih
kesalahan tersebut setiap kali melakukan pembacaan skala.
• Waktu respon yang tidak tepat
Ketidakpastian pengukuran ini muncul akibat dari waktu pengukuran
(pengambilan data) yang tidak bersamaan dengan saat munculnya data
yang seharusnya diukur. Akibatnya, data yang diperoleh bukan data yang
sebenarnya. Misalnya, kita ingin mengukur periode getar suatu beban
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 2 Pengukuran 2 - 13
yang digantungkan pada pegas dengan menggunakan stopwatch. Selang
waktu yang kita ukur sering tidak tepat karena terlalu cepat atau terlambat
menekan tombol stopwatch saat kejadian berlangsung.
• Kondisi yang tidak sesuai
Ketidakpastian pengukuran ini muncul karena kondisi alat ukur dipengaruhi
oleh kejadian yang hendak diukur. Ketidakpastian tersebut dapat dilihat
pada pengukura nilai transistor saat dilakukan penyolderan atau
pengukuran panjang sesuatu pada suhu tinggi menggunakan mistar
logam. Hasil yang didapatkan tentu bukan nilai yang sebenarnya karena
panas mempengaruhi sesuatu yang diukur dan alat pengukurnya.
Ketidakpastian Random
Umumnya, ketidakpastian random bersumber dari gejala yang tidak mungkin
dikendalikan secara pasti atau tidak dapat diatasi secara tuntas. Gejala
tersebut merupakan perubahan yang sangat cepat dan acak hingga
pengaturan atau pengontrolannya di luar kemampuan kita. Misalnya, gerak
acak molekul udara dan radiasi latar belakang. Molekul udara selalu bergerak
secara acak (gerak Brown) sehingga berpeluang mengganggu alat ukur yang
halus, misalnya mikro-galvanometer, dan melahirkan ketidakpastian
pengukuran. Sementara, radiasi kosmos dari angkasa dapat mempengaruhi
hasil pengukuran alat pencacah, sehingga melahirkan ketidakpastian random.
Ketidakpastian Pengamatan
Ketidakpastian pengamatan merupakan ketidakpastian pengukuran yang
bersumber dari kekurangterampilan manusia saat melakukan kegiatan
pengukuran. Misalnya, metode pembacaan skala tidak tegak lurus (paralaks),
salah dalam membaca skala, dan pengaturan atau pengesetan alat ukur yang
kurang tepat.
D. Melaporkan Hasil Pengukuran
Pengukuran tunggal dalam kegiatan eksperimen sebenarnya dihindari karena
menimbulkan ketidakpastian yang sangat besar. Akan tetapi, terdapat alasan
tertentu yang mengharuskan suatu pengukuran hanya dapat dilakukan sekali
saja. Misalnya, mengukur selang waktu kelahiran bayi kembar, atau mengukur
kecepatan sepeda motor yang lewat.
Umumnya, secara fisik mata manusia masih mampu membaca ukuran
hingga pada skala terkecil walaupun kerap kali mengalami kesulitan untuk
ukuran yang kurang dari skala terkecil. Pembacaan ukuran yang kurang dari
skala terkecil merupakan taksiran yang sangat berpeluang memunculkan
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 2 Pengukuran 2 - 14
ketidakpastian. Mengacu pada logika berpikir demikian, maka lahirlah
pandangan bahwa penulisan hasil pengukuran dilakukan hingga setengah dari
skala terkecil. Namun, ada juga kelompok lain yang berpandangan bahwa
membaca hingga skala terkecil sudah merupakan taksiran. Karena itu,
penulisan hasil pengukuran paling teliti adalah sama dengan skala terkecil.
Skala Terkecil Jangka Sorong
Skala terkecil jangka sorong bergantung pada pembagian skala nonius. Hal ini
dapat dilihat pada rahang geser. Ada beberapa model jangka sorong yang
terdapat di pasaran. Jenis pertama, apabila rahang geser terdapat 11 garis/
strip, berarti setiap 1 mm skala utama dibagi menjadi 10 skala nonius. Dengan
demikian, skala terkecil nonius = 1 mm : 10 = 0,1 mm. Jenis kedua, apabila
pada rahang geser terdapat 21 garis/strip. Berarti 1 mm skala utama di bagi 20
skala nonius, sehingga skala terkecilnya adalah 1 mm : 20 = 0,05 mm.
Skala Terkecil Mikrometer Skrup
Sebagaimana pada jangka sorong, skala terkecil mikrometer skrup juga tidak
bermanfaat untuk dihafalkan karena bergantung pada pembagian skala utama
oleh skala nonius pada rahang putarnya. Rahang putar mikrometer sekrup
membagi 1 mm skala utama menjadi 100 skala nonius (diperoleh dari 2
putaran x 50 skala nonius). Berarti skala terkecil mikrometer sekrup = 1 mm :
100 = 0,01 mm.
E. Angka Penting
Suatu alat ukur menunjukkan bahwa panjang suatu benda adalah melebihi 9,2
cm. Jika skala pada alat ukur diperhatikan lebih teliti, tampak bahwa ujung
benda berada kira-kira di tengah-tengah skala 9,2 cm dan 9,3 cm. Dengan
demikian, jika kita mengikuti aturan penulisan hasil pengukuran hingga
setengah skala terkecil, panjang benda tersebut dapat ditulis 9,25 cm. Angka
terakhir (angka 5) merupakan angka taksiran, karena terbacanya angka
tersebut hanyalah dari hasil menaksir atau memperkirakan. Berarti hasil
pengukuran 9,25 cm terdiri atas dua angka pasti, yakni angka 9 dan angka 2,
dan satu angka taksiran, yakni angka 5. Angka-angka hasil pengukuran yang
terdiri atas angka pasti dan angka taksiran disebut angka penting.
Seandainya tepi benda berada tepat pada garis 9,2 cm, hasil pengukuran
harus ditulis 9,20 cm bukan 9,2 cm. Alasannya adalah penulisan angka nol
pada 9,20 cm menunjukkan bahwa hasil pengukurannya tidak kurang dan
tidak lebih dari 9,2 cm dan angka 2 masih merupakan angka pasti. Bila hanya
ditulis 9,2 cm, angka 2 merupakan angka taksiran. Karena memberikan
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 2 Pengukuran 2 - 15
informasi makna tertentu. Karena itu, angka nol pada 9,20 termasuk angka
penting.
Penulisan angka nol pada angka penting ternyata memberikan implikasi yang
amat berharga. Untuk mengidentifikasi apakah suatu angka tertentu termasuk
angka penting atau bukan, dapat dipelajari beberapa kriteria berikut ini.
• Semua angka bukan nol termasuk angka penting (4,42 memiliki tiga angka
penting).
• Semua angka nol yang tertulis setelah titik desimal termasuk angka
penting (3,80 memiliki tiga angka penting, 12,00 memiliki empat angka
penting).
• Angka nol yang tertulis di antara angka-angka penting (angka-angka bukan
nol), juga termasuk angka penting (105 memiliki tiga angka penting, 30,20
memiliki empat angka penting).
• Angka nol yang tertulis sebelum angka bukan nol dan hanya berfungsi
sebagai penunjuk titik desimal tidak termasuk angka penting (0,6 memiliki
satu angka penting; 0,0450 memiliki tiga angka penting).
Sebagai contoh: suatu pengukuran menunjukkan hasil 123.000 meter,
berapakah angka pentingnya? Untuk menjawab pertanyaan ini dapat
digunakan 2 cara, yaitu
• titik desimal diubah menjadi satuan sehingga diperoleh 123 km (terdiri atas
tiga angka penting); atau 123,000 km (terdiri atas enam angka penting);
• ditulis dalam bentuk notasi baku, yakni 1,23 x 105 m (terdiri atas tiga angka
penting); 1,23000 x 105 m (terdiri atas enam angka penting).
Jumlah angka penting dalam penulisan hasil pengukuran dapat dijadikan
indikator tingkat ketelitian pengukuran yang dilakukan. Semakin banyak angka
penting yang dituliskan, berarti pengukuran yang dilakukan semakin teliti.
Berikut beberapa contoh penulisan hasil pengukuran dengan memperhatikan
angka penting.
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 2 Pengukuran 2 - 16
Perhitungan dengan Angka Penting
Setelah mencatat hasil pengukuran dengan tepat, diperoleh data-data
kuantitatif yang mengandung sejumlah angka-angka penting. Sering angkaangka
tersebut harus dijumlahkan, dikurangkan, dibagi, atau dikalikan. Pada
saat mengoperasikan angka-angka penting hasil pengukuran, hasil yang
didapatkan melalui perhitungan tidak mungkin memiliki ketelitian melebihi
ketelitian hasil pengukuran.
• Penjumlahan dan Pengurangan
Apabila angka-angka penting dijumlahkan atau dikurangkan, hasil
penjumlahan atau pengurangan tersebut memiliki ketelitian sama dengan
ketelitian angka-angka yang dijumlahkan atau dikurangkan
Contoh:
+
50,441
2,1
3,22
45,121
Bila hasil tersebut ditulis 50,4, tingkat ketelitiannya hingga sepersepuluh
dengan jumlah angka penting 3. Jika hasilnya ditulis 50,44, ketelitiannya
mencapai seperseratus dengan 4 angka penting. Jika hasil penjumlahan
dituliskan 50,441, ketelitiannya adalah seperseribu dengan jumlah angka
penting 5.
• Perkalian dan Pembagian
Apabila angka-angka penting dikalikan atau dibagi, jumlah angka penting
pada hasil operasi pembagian atau perkalian paling banyak sama dengan
jumlah angka penting terkecil dari bilangan-bilangan yang dioperasikan.
Contoh:
4,22 cm x 2,1cm = 8,862 cm2, ditulis 8,8 cm2
Aturan Pembulatan Angka-Angka Penting
Untuk membulatkan angka-angka penting, ada beberapa aturan yang harus
kita ikuti.
• Angka kurang dari 5 dibulatkan ke bawah (ditiadakan) (contoh: 56,84
dibulatkan menjadi 56,8);
• Angka lebih dari 5 dibulatkan ke atas (contoh: 56,88 dibulatkan menjadi
56,9);
• Angka 5 dibulatkan ke atas bila angka sebelumnya ganjil dan ditiadakan
bila angka sebelumnya genap (contoh: 25,75 dibulatkan menjadi 25,8;
25,65 dibulatkan menjadi 25,6).
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 2 Pengukuran 2 - 17
Contoh:
12,442 + 3,232 + 5,61 = 19,284? Ditulis 19,28
4,23 x 2,1 = 8,883? Ditulis 8,9
Latihan
1. Apakah yang dimaksud dengan pengukuran?
2. Mengapa alat ukur harus dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan
dalam kegiatan pengukuran?.
3. Mengapa pada hasil penjumlahan nilai 0,004 dihilangkan, sedangkan pada
hasil perkalian nilai 0,083 dibulatkan menjadi 0,1?
Rangkuman
1. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan
besaran lain yang sejenis.
2. Ketelitian menyatakan derajat kepastian hasil suatu pengukuran,
sedangkan ketepatan menggambarkan seberapa tepat hasil pengukuran
mendekati nilai yang sebenarnya.
3. Sumber utama ketidakpastian pengukuran adalah ketidakpastian
sistematik, ketidakpastian random, dan ketidakpastian pengamatan.
4. Angka penting adalah angka-angka hasil pengukuran yang terdiri atas
angka pasti dan angka taksiran.
Saturday 22 January 2011
Gerak lurus beraturan (GLB)
AtiqKhamdi
00:09:00
0
GERAK LURUS BERATURAN
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 3 Gerak Lurus Beraturan 3 - 8
Gambar 3.2 Hubungan antara Kecepan dan Waktu
Berdasarkan grafik tersebut cobalah Anda tentukan berapa besar kecepatan
benda pada pada saat t=0 s; t=1 s; t=2 s; t = 3 s?
Tampak dari grafik pada gambar di atas, kecepatan benda sama dari waktu ke
waktu, yakni 5 m/s.
Semua benda yang bergerak lurus beraturan akan memiliki grafik v – t. Anda
dapat menghitung jarak yang ditempuh oleh benda dengan cara menghitung
luas daerah di bawah kurva bila diketahui grafik (v-t). Jarak yang ditempuh =
luas daerah yang diarsir pada Gambar 3.3 berikut..
Cara lain untuk menghitung jarak tempuh adalah dengan menggunakan
persamaan GLB. Telah Anda ketahui bahwa kecepatan pada GLB
dirumuskan:
S = v t
Dimana:
s = jarak tempuh (m)
v = kecepatan (m/s)
t = waktu tempuh (s)
Berdasarkan Gambar 3.3 di atas diketahui: v = 5 m/s dan t = 3 s
Dengan demikian, jarak yang ditempuh adalah 5 m/s x 3 s = 15 m.
Persamaan GLB tersebut berlaku bila gerak benda memenuhi grafik seperti
gambar di atas. Pada grafik tersebut terlihat bahwa pada saat t = 0 s; maka v
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 3 Gerak Lurus Beraturan 3 - 9
= 0. Artinya, pada mulanya benda diam, kemudian bergerak dengan kecepatan
5 m/s. Padahal dapat saja terjadi bahwa saat awal kita amati benda sudah
dalam keadaan bergerak, sehingga benda telah memiliki posisi s0. untuk
keadaan ini, maka persamaan GLB sedikit mengalami perubahan sehingga
menjadi:
S = S0 + v t
B. Kedudukan, Jarak dan Perpindahan
Bayangkan Anda berada di pinggir jalan lurus dan panjang. Posisi Anda saat itu
di A.
A B C
0m 5M 10M 15M
Gambar 3.4 Posisi Benda Dalam Sumbu Koordinat
Dari A, Anda berjalan menuju C melalui B. Sesampainya di C, Anda berbalik
dan kembali berjalan lalu berhenti di B. Pada kejadian di atas, berapa jauhkah
jarak yang ditempuh? Berapa pula perpindahan Anda? Samakah pengertian
jarak dengan perpindahan? Dalam kehidupan sehari-hari kata jarak dan
perpindahan dipakai untuk arti yang sama. Dalam fisika, kedua kata itu
mengandung arti yang berbeda.
Perhatikan ilustrasi berikut. Sebuah bola digulirkan pada sebuah bidang datar
lurus. Posisi bola setiap saat diwakili oleh garis berskala yang disebut sumbu
koordinat seperti Gambar 3.5 di bawah ini.
C O B
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
Gambar 3.5 Bola Digulirkan pada Bidang Datar
Andaikan ada 2 bola yang digulirkan dari titik O. Bola 1 digulirkan ke kanan
dan berhenti di B. Bola 2 digulirkan ke kiri dan berhenti di C. Lihatlah bahwa
panjang lintasan yang ditempuh oleh kedua bola sama, yaitu 4 satuan. Namun
bila diperhatikan arah gerakannya, kedua bola berpindah posisi ke arah yang
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 3 Gerak Lurus Beraturan 3 - 10
berlawanan. Bola 1 berpindah ke sebelah kanan titik O, sedangkan bola ke 2
ke sebelah kiri titik O.
“panjang lintasan yang ditempuh disebut jarak, sedangkan perpindahan
diartikan sebagai perubahan posisi benda dari keadaan awal ke keadaan
akhirnya”.
Jarak tidak mempersoalkan ke arah mana benda bergerak, sedangkan
perpindahan tidak mempersoalkan bagaimana lintasan suatu benda yang
bergerak. Perpindahan hanya mempersoalkan kedudukan, awal dan akhir
benda itu. Jarak adalah besaran skala, sedangkan perpindahan adalah vektor.
Dua benda dapat menempuh jarak (panjang=lintasan) yang sama, tetapi
mengalami perpindahan yang berbeda seperti pada contoh ini. Dalam hal ini,
dapat dikatakan bahwa jarak merupakan besar perpindahan.
Gambar 3.6. Perbedaan Jarak dan Perpindahan
Apabila kemudian ada bola 3 bergerak dari titik O ke kanan, sampai di D lalu
balik bergerak ke kiri melewati titik O kemudian berhenti di E, seperti yang
ditunjukkan gambar di bawah ini, bagaimanakah jarak dan perpindahannya?
E O B
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Gambar 3.7 Perubahan Posisi Bola 3
Jarak yang ditempuh bola adalah panjang lintasan ODE = OD + DE, yaitu 6 +
9 = 15 satuan. Sementara perpindahan bola adalah OE (kedudukan awal bola
di O, kedudukan akhirnya di E). Jadi Δ s = - 3 satuan.
Tanda minus pada Δ s menunjukkan arah perpindahan bola ke kiri dari titik
acuan. Perlu dicatat pula bahwa dalam contoh di atas perbedaan antara jarak
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 3 Gerak Lurus Beraturan 3 - 11
dan perpindahan ditandai oleh ada atau tidaknya “arah”, juga oleh “besar”
kedua besaran itu (jarak = 15 satuan, perpindahan = 3 satuan). Mungkinkah
jarak yang ditempuh oleh suatu benda sama dengan besar perpindahannya?
Untuk benda yang bergerak ke satu arah tertentu, jarak yang ditempuh benda
sama dengan besar perpindahannya. Misalnya, bila benda bergerak lurus ke
kanan sejauh 5 m, baik jarak maupun besar perpindahannya sama-sama 5 m.
C. Kelajuan dan kecepatan rata-rata
Dalam ilmu fisika, kelajuan dan kecepatan memiliki pengertian yang berbeda.
Kelajuan merupakan besaran skalar, sedangkan kecepatan adalah vektor.
Kelajuan adalah jarak yang ditempuh suatu benda dibagi selang waktu atau
waktu untuk menempuh jarak itu, sedangkan kecepatan adalah perpindahan
suatu benda dibagi selang waktu. Jika dinyatakan dalam bentuk persamaan,
keduanya dapat ditulis:
t
v S
Δ
=
−
kelajuan rata-rata
t
v S
Δ
Δ
= kecepatan rata-rata
Keterangan:
−v
= kelajuan rata-rata (m/s)
S = jarak yang ditempuh benda (m)
s = perpindahan benda (m)
t = waktu tempuh (s)
Dalam kehidupan sehari-hari, kelajuan dan kecepatan senantiasa berubahubah
karena berbagai sebab, misalnya, jalanan yang tidak rata. Oleh
karenanya kita dapat mengartikan kelajuan dan kecepatan pada dua
persamaan di atas sebagai kelajuan rata-rata dan kecepatan rata-rata.
D. Hubungan Jarak, Kecepatan, dan Selang Waktu GLB
Di jalan tol yang lurus dan datar mungkin kelajuan mobil dapat diusahakan
tetap. Contoh tersebut adalah contoh dari gerak lurus beraturan. Lintasan
benda yang berupa garis lurus dengan arah gerak yang selalu tetap dapat
diganti dengan jarak dan kelajuan tetap dapat diganti dengan kecepatan tetap.
Sebuah benda yang bergerak dengan kecepatan tetap akan menempuh jarak
yang sama untuk selang waktu t yang sama. Jadi, jarak sebanding dengan
selang waktu yang secara matematis dapat ditulis: S = v.t
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 3 Gerak Lurus Beraturan 3 - 12
Misalnya, mobil berjalan dengan kecepatan tetap 10 m/s, artinya tiap detik
mobil akan menempuh jarak 10 m, seperti yang ditunjukkan pada tabel di
bawah ini.
Tabel 3.1
Pengamatan terhadap mobil yang bergerak
Waktu (s) 0 1 2 3 4 5
Jarak (m) 0 10 20 30 40 50
Dari data pada tabel di atas, dapat dibuat grafik jarak terhadap waktu sebagai
berikut.
Gambar 3.8 Grafik jarak terhadap waktu
Dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa pada gerak lurus beraturan jarak
yang ditempuh benda berbanding lurus dengan waktu.
Pada GLB, terdapat dua kejadian yang mungkin terjadi. Keduan kejadian
tersebut adalah sebagai berikut.
Dua benda bergerak searah
Benda A mula-mula berada di depan benda B. Benda B kemudian dapat
menyusul benda A. Kecepatan benda B lebih besar daripada kecepatan benda
A, (VB > VA). Perhatikan gambar di bawah ini!
Gambar 3.9 Benda bergerak dengan arah yang sama
• Dua benda bergerak berlawanan arah
Benda A dan benda B semula terpisah pada jarak s. Kedua benda akan
bertemu atau berpapasan pada titik tertentu dan waktu tertentu. Perhatikan
gambar di bawah ini!
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 3 Gerak Lurus Beraturan 3 - 13
Gambar 3.10 Benda bergerak dengan arah yang sama
Latihan
1. Bedakanlah antara jarak dan perpindahan serta kecepatan dan kelajuan!.
2. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan tetap 36 km/jam. Berapa
meterkah jarak yang ditempuh mobil itu selama bergerak 10 menit?
3. Diketahui jarak dari kota Angsa ke kota Bebek adalah 70 km. Agus dan
Donal berniat untuk menghadiri sebuah pesta yang dilaksanakan di kota
Baru yang berada di antara kota Angsa dan kota Bebek. Agus berangkat
dari kota Angsa, sedangkan Donal berangkat dari kota Bebek dengan
masing-masing kecepatan 10 km/jam dan 5 km/jam. Kapankah Agus dan
Donal bertemu? Berapakah jarak dari kota Bebek ke kota Baru?
Rangkuman
1. Gerak adalah perubahan posisi suatu benda terhadap acuan tertentu.
Gerak bersifat relatif.
2. Jarak adalah panjang lintasan yang ditempuh oleh suatu benda,
sedangkan perpindahan adalah perubahan posisi suatu benda dari
kedudukan awal ke kedudukan akhirnya.
3. Kelajuan adalah jarak yang ditempuh suatu benda dibagi selang waktu atau
waktu untuk menempuh jarak itu, sedangkan kecepatan adalah
perpindahan suatu benda dibagi selang waktu. Kelajuan termasuk besaran
skalar dan kecepatan termasuk dalam besaran vektor.
GERAK LURUS BERUBAH
BERATURAN
Uraian Materi 4.2
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 4 Gerak Lurus Berubah Beraturan 4 - 8
Selama selang waktu t, kecepatan benda berubah dari v0 menjadi vt sehingga
kecepatan rata-rata benda dapat ditulis:
2
0 v vv t
−
=
Karena: vt=(v0+a.t), maka
2
( . ) 0 0 a t
v v v + +
=
2
2 0 v v at
+
=
Karena kecepatan rata-rata dirumuskan dengan t
v = S , maka diperoleh
persamaan
2
.
2
2 0 a t
t
S v = + atau
persamaan kecepatan sebagai fungsi jarak
Gerak diperlambat (Perlambatan)
Gerak lurus diperlambat merupakan salah satu jenis gerak lurus berubah
beraturan. Apabila benda bergerak pada lintasan lurus, kelajuannya akan
berkurang secara tetap dalam selang waktu tertentu. Pada keadaan ini, benda
tersebut bergerak lurus diperlambat. Contoh: mobil yang melaju dengan
kecepatan v tiba-tiba berhenti mendadak untuk menghindari suatu tabrakan.
Sebelum berhenti, kecepatan mobil tersebut berkurang secara bertahap.
Persamaan matematis untuk menyelesaikan kasus gerak lurus diperlambat
sama dengan persamaan matematis pada gerak lurus dipercepat, hanya nilai
percepatannya (a) diberi tanda negatif. Tanda negatif menunjukkan bahwa
benda yang bergerak tersebut mengalami perlambatan.
Untuk lebih memahami penggunaan persamaan GLBB, perlu diperhatikan
perhatikan kasus ini. Sebuah mobil yang semula diam, kemudian melaju
dengan percepatan (a) sampai kecepatan stabil. Karena ada halangan,
kecepatan mobil dikurangi sampai akhirnya mobil berhenti. Kasus ini dapat
digambarkan dengan grafik t-v.
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 4 Gerak Lurus Berubah Beraturan 4 - 9
Gambar 4.1 Grafik kelajuan terhadap waktu
Pada kurva OA mobil yang semula diam mengalami percepatan (a) sampai
pada kecepatan tertentu. Kurva AB menggambarkan kecepatan mobil stabil
atau mobil bergerak lurus beraturan. Pada kurva BC mobil mengalami
perlambatan sampai kecepatan akhir, yakni nol (mobil berhenti).
Jarak total yang ditempuh mobil tersebut adalah sama dengan luas trapezium
OABC. Percepatan mobil pada suatu saat sama dengan kemiringan (gradien)
kurva OA. Secara matematis dapat dirumuskan:
a = tan θ
sedangkan perlambatan mobil sama dengan kemiringan kurva BC. Secara
matematis dirumuskan:
a = tan θ
Gerak Vertikal
Gerak vertikal termasuk GLBB sehingga persamaan gerak vertikal sama
dengan persamaan GLBB. Pernahkah Anda melempar bola ke atas kemudian
pada ketinggian tertentu bola tersebut bergerak ke bawah? Pada kasus ini,
bola tersebut mengalami GLBB. Ketika dilempar hingga mencapai ketinggian
tertentu, bola tersebut telah mengalami perlambatan. Sementara ketika
bergerak jatuh ke tanah, bola telah mengalami percepatan.
Percepatan ini disebabkan adanya gaya gravitasi bumi atau disebut
percepatan gravitasi (g). Percepatan gravitasi arahnya selalu menuju pusat
bumi. Jadi gerak vertikal adalah gerak suatu benda pada arah vertikal terhadap
tanah yang selama gerakannya benda itu dipengaruhi gaya gravitasi bumi.
Gerak vertikal yang akan kita bahas adalah gerak jatuh bebas yakni gerak
vertikal ke atas, dan gerak vertikal ke bawah.
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 4 Gerak Lurus Berubah Beraturan 4 - 10
Gerak Vertikal ke Atas
Pada kasus bola yang dilempar, pada dasarnya bola mengalami dua fase
gerakan. Saat bergerak ke atas bola bergerak GLBB diperlambat (a=g)
dengan kecepatan awal tertentu. Selanjutnya, setelah mencapai ketinggian
maksimum bola jatuh bebas yang merupakan GLBB dipercepat dengan
kecepatan awal nol.
Pada saat benda bergerak naik berlaku persamaan gerak vertikal ke atas
sebagai berikut
v v gt t o = −
v v gh t 2 2
0
2 = −
2
0 h = v t −1/ 2gt
Gerak Vertikal ke Bawah
Berbeda dengan jatuh bebas, gerak vertikal ke bawah yang dimaksudkan
adalah gerak benda-benda yang dilemparkan vertikal ke bawah dengan
kecepatan awal tertentu. Jadi, hal ini sama dengan gerak vertikal ke atas,
hanya arahnya ke bawah. Dengan demikian persamaan-persamaannya sama
dengan persamaan pada gerak vertikal ke atas, dengan mengg tanda negatif
pada persamaan-persamaan gerak vertikal ke atas menjadi tanda positif.
Sebab gerak vertikal ke bawah adalah GLBB yang dipercepat dengan
percepatan yang sama untuk setiap benda, yakni g.Pada saat benda bergerak
turun berlaku persamaan gerak vertikal ke bawah sebagai berikut.
vt = vo + gt vt
2 = vo
2 + 2gh 2
0 h = v t + 1/ 2gt
A. Mengukur Percepatan Benda
Untuk mengukur percepatan benda yang bergerak, dapat di gunakan ticker
timer yang cara pemakaiannya sudah dijelaskan pada bagian-bagian
sebelumnya. Misalnya, kita ingin mengukur percepatan sebuah mobil mainan
yang meluncur pada bidang miring. Setelah pita ketik kita hubungkan pada
mobil mainan tanpa baterai dan mobil meluncur ke bawah, rekaman data pita
ticker akan tampak seperti berikut.
Gambar 4.2. Pola-pola pada pita
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 4 Gerak Lurus Berubah Beraturan 4 - 11
Anda tentu masih ingat bahwa interval waktu antara dua lubang terdekat
adalah 0,02 s, sehingga interval waktu untuk 10 lubang berturut-turut adalah
0,2 s. Untuk mengukur percepatan mobil mainan, kita harus menentukan
terlebih dahulu kecepatan awal dan kecepatan akhir mobil mainan untuk
selang waktu tertentu. Misalnya, selang waktu tersebut adalah selang waktu
menempuh 50 lubang atau 5 x 10 lubang berturut-turut sehingga lamanya
waktu tersebut adalah t = 1s.
Gambar 4.3. Pola-pola pada pita
Jarak S0 dan S1 pada gambar di atas diukur dengan menggunakan penggaris
mm. Kedua jarak ini ditempuh dalam selang waktu yang sama, yakni 0,2 s
(sama dengan waktu untuk 10 lubang), sehingga kita dapatkan kecepatan
awal
t s
v 0
0 = dan kecepatan akhir
t s
v 1
1 = . Perubahan kecepatan ini terjadi
setelah mobil mainan menempuh 50 lubang berturut-turut. Dengan demikian
percepatan mobil mainan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
t
a v v
Δ
−
= 1 0
Latihan
1. Mobil yang semula diam, kemudian mulai berjalan dengan percepatan 3m/
s2. setelah 10 detik berapa kecepatan mobil tersebut? Berapa jarak yang
ditempuhnya (mobil berjalan lurus)?
2. Sebuah bola dilemparkan vertikal ke atas dengan kecepatan awal 20 m/s
(g=10m/s2). Hitunglah:
a) waktu yang dibutuhkan bola untuk sampai pada titik tertinggi!
b) Tinggi maksimum yang dicapai bola!
c) Waktu total bola berada di udara!
Rangkuman
1. Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak benda dalam lintasan garis
lurus dengan percepatan atau perlambatan tetap.
2. Benda yang mengalami percepatan adalah benda bergerak dengan
kecepatan yang selalu bertambah, sedangkan perlambatan adalah
pengurangan kecepatan suatu benda yang sedang bergerak.
Hukum Newton tentang gerak
AtiqKhamdi
00:06:00
0
GAYA DAN HUKUM-HUKUM NEWTON
TENTANG GERAK
A. Hukum I Newton tentang Gerak
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mengamati bahwa benda yang diam
akan cenderung diam. Misalnya, sebuah buku yang terletak di atas meja akan
tetap di temapt jika tidak ada gaya lain yang mempengaruhinya. Mengapa
demikian? Hal ini telah dijawab oleh Newton berdasarkan pengamatanpengamatannya
pada benda-benda yang mengalami gaya seimbang atau
resultan gaya yang bekerja padanya sama dengan nol. Sebagian dari hukum I
Newton menyatakan bahwa suatu benda yang dalam keadaan diam akan
tetap diam jika tidak terdapat resultan gaya yang bekerja pada benda”. Jadi,
jika sebuah buku berada di atas meja, buku akan mengerjakan gaya pada
meja sebesar beratnya. Meja mengimbangi gaya berat itu dengan gaya normal
yang besarnya sama dan arahnya berlawanan dengan gaya berat. Akhirnya
resultan gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol. Karena itu buku
tetap diam selama tidak ada resultan gaya lain yang mempengaruhinya.
Bagaimana dengan perilaku benda yang bergerak? Pakar fisika sebelum
Newton menyatakan bahwa benda yang bergerak cenderung menuju diam
sehingga benda memerlukan gaya terus-menerus agar tetap bergerak.
Pernyataan ini nampaknya sesuai dengan pengalaman sehari-hari, tetapi
Newton memiliki pemikiran yang lain. Penjelasan Newton adalah sebagai
berikut. Perhatikan Gambar 5.1 di bawah.
Gambar 5.1 Gaya yang Bekerja pada Sebuah Benda
yang Bergerak dengan Kelajuan V
Sebuah balok bergerak dengan kelajuan v ke kanan. Pada sumbu vertikal,
terdapat dua buah gaya, yaitu gaya berat W dan gaya normal bidang N.
Keduanya mempunyai besar yang sama, tetapi arahnya berlawanan sehingga
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 5 Hukum-hukum Newton Tentang Gerak 5 - 8
resultan atau jumlah gaya pada sumbu vertikal sama dengan nol. Σ Fy = 0.
Jadi, tidak terdapat gerakan pada sumbu vertikal.
Pada sumbu horisontal terdapat gaya gesekan yang arahnya melawan gerak
benda dan tidak ada yang mengimbanginya. Gaya inilah yang menyebabkan
benda semakin lama kelajuannya semakin rendah dan akhirnya diam.
Dalam kehidupan sehari-hari, sangat sulit menunjukkan benda yang tidak
mengalami gaya gesekan sama sekali karena udarapun ternyata menghasilkan
gaya gesekan (Gambar 5.2). Namun, jika gaya gesekan tidak terjadi benda
akan terus-menerus bergerak dengan kelajuan yang konstan. Karena itu
Hukum I Newton menyatakan bahwa, jika tidak terdapat resultan gaya yang
bekerja pada benda, benda akan bergerak dengan kecepatan konstan.
Jadi Hukum I Newton secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa sebuah
benda akan tetap diam atau bergerak dengan kecepatan konstan jika tidak
terdapat resultan gaya yang bekerja padanya.
Gambar 5.2 Jika Gaya Gesekan Kecil, Benda Akan Cenderung terus
Bergerak
Hukum I Newton terkait erat dengan konsep kelembaman. Kelembaman
adalah sifat materi yang mempertahankan dari perubahan gerak. Jadi, sebuah
benda yang diam cenderung tetap diam dan benda yang bergerak cenderung
untuk terus-menerus bergerak. Kelembaman sebuah benda berhubungan
dengan massanya. Semakin besar massa benda, akan semakin besar
kelembamannya (Gambar 5.3). Artinya, jika benda diam sulit untuk
digerakkan, sedangkan jika sudah bergerak sulit dihentikan.
Kelembaban sering kita alami ketika kita berada di dalam mobil. Jika mulamula
mobil diam dan kemudian dijalankan secara tiba-tiba, kita akan tersentak
ke belakang. Hal ini terjadi karena tubuh kita cenderung mempertahankan
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 5 Hukum-hukum Newton Tentang Gerak 5 - 9
kedudukannya. Sebaliknya, ketika mobil sedang melaju kencang dan direm
secara tiba-tiba, kita akan tersentak ke depan. Hal ini juga didisebabkan tubuh
kita mempertahankan gerakannya pada kelajuan tertentu.
Gambar 5.3 Karena Massanya yang Besar,
jika telah Bergerak, Kereta Api Sulit untuk Dihentikan
Contoh Soal
Sebuah balok diam di atas lantai yang kasar. Massa balok 100 kg dan
percepatan gravitasi bumi 9,8 m/s2. Jika balok didorong dengan gaya 50 N
dan balok dalam keadaan diam, berapakah gaya gesek lantai dengan balok?
Jawab:
Gaya-gaya yang bekerja pada balok dapat digambarkan sebagai mana
Gambar 5.4 berikut.
Gambar 5.4 Gaya-gaya yang Bekerja pada Sebuah Balok
Karena benda diam, resultan gaya besarnya sama dengan nol. Pada sumbu Y,
gaya berat diimbangi oleh gaya nornal. Pada sumbu X gaya dorong diimbangi
oleh gaya gesekan lantai pada benda. Jadi gaya gesekan lantai sama dengan
gaya dorong yakni 50 N.
B. Hukum II Newton tentang Gerak
Hukum I Newton yang telah kita pelajari sebelumnya membahas tentang
benda-benda yang resultan gayanya sama dengan nol. Benda yang resultan
gayanya sama dengan nol akan berhenti atau bergerak dengan kecepatan
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 5 Hukum-hukum Newton Tentang Gerak 5 - 10
tetap. Pada Hukum II Newton, akan dibahas benda yang resultan gaya yang
bekerja padanya tidak sama dengan nol atau bekerja gaya-gaya yang tidak
seimbang. Benda dengan resultan gaya tidak sama dengan nol akan
mengalami perubahan gerak.
Untuk lebih memahami Hukum II Newton, kita dapat melakukan eksperimen
tentang hubungan antara resultan gaya, massa benda dan percepatan benda.
Untuk mendapatkan hasil yang baik, disarankan eksperimen dilakukan pada
tempat yang gaya gesekan dapat diminimalkan, misalnya pada permukaan
licin. Benda diletakkan di atas lantai licin dan dikenai gaya untuk diketahui
percepatannya. Pengaruh gaya pada percepatan untuk massa yang konstan
adalah sebagai Gambar 5.5 berikut.
Gambar 5.5 Benda Didorong dengan Gaya yang Berbeda
Dari beberapa eksperimen ini dapatlah disimpulkan bahwa jika resultan gaya
(ΣF) bekerja pada benda bermassa m, benda akan mengalami percepatan
sebesar a dengan hubungan matematis:
Resultan gaya = massa x percepatan
ΣF= m.a (7)
Hukum II Newton dapat diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut.
“Resultan gaya yang bekerja pada suatu benda akan menyebabkan benda
dipercepat searah dengan arah gaya. Besar percepatan bergantung pada
besar gaya dan massa benda. Semakin besar gaya akan semakin besar
percepatan benda. Semakin besar massa benda diperlukan gaya yang lebih
besar untuk mendapatkan percepatan yang sama”.
Contoh Soal
Dua buah balok dihubungkan dengan sebuah tali ringan melalui sebuah katrol
yang tanpa gesekan. Benda 50 kg terletak di atas lantai licin sementara benda
30 kg tergantung di udara. Berapakah percepatan sistem benda?
Jawab
Sketsa gaya-gaya yang bekerja pada sistem benda dapat digambarkan
sebagai berikut (Gambar 5.6).
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 5 Hukum-hukum Newton Tentang Gerak 5 - 11
Gambar 5.6 Gaya-gaya yang Bekerja pada Sebuah Benda dan Diagram
Gayanya
Karena tidak ada gesekan antara balok 1 dan lantai, berlaku rumus:
m .a = T 1
Pada m2, berlaku rumus:
m .g T m .a 2 2 − =
Jika dua buah persamaan tersebut disubtitusikan, akan didapatkan:
Jadi percepatan sistem benda adalah 3,7 m/s2.
C. Hukum III Newton tentang Gerak
Ketika kita menendang bola, kita dapat merasakan bahwa bola juga
melakukan gaya pada kaki kita, ketika berenang kita memberi gaya pada air
dan sebaliknya air akan mendorong kita. Roket mendorong udara dan
sebaliknya udara mendorong roket sehingga roket dapat meluncur (Gambar
5.7). Newton telah mengamati berbagai fenomena ini dan menyimpulkannya
dalam Hukum III Newton.
5.7 Gejala Aksi Reaksi dalam Kehidupan Sehari-hari
Hukum III Newton dapat dinyatakan sebagai berikut.
“Jika benda pertama memberikan gaya pada benda kedua, benda yang kedua
juga akan memberikan gaya pada benda pertama dengan besar yang sama
dan arahnya berlawanan dengan arah gaya dari benda pertama”. Dengan kata
2
1 2
2 3,7
( )
.
s
m
m m
a m g =
+
=
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 5 Hukum-hukum Newton Tentang Gerak 5 - 12
lain, dapat dinyatakan bahwa. Setiap ada gaya aksi selalu ada gaya reaksi
yang besarnya sama dan arahnya berlawanan.
Perlu diketahui bahwa gaya aksi dan gaya reaksi bekerja pada dua benda yang
berbeda. Jadi meskipun terdapat dua gaya yang sama besarnya dan arahnya
berlawanan, gaya-gaya itu belum tentu gaya aksi reaksi. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan contoh pada Gambar 5.8 berikut.
Gambar 5.8 Gaya-gaya pada Sistem Benda Diam
Sebuah balok terletak di atas meja. Karena balok mempunyai massa, balok
menderita gaya berat W yang besarnya sama dengan massa (m) kali
percepatan gravitasi (g). Karena gaya berat inilah, balok memberikan gaya
pada meja sebesar W’ yang besarnya sama dengan W. W’ adalah gaya aksi.
Menurut Hukum III Newton meja akan memberikan gaya reaksi N yang
besarnya sama dengan W’ dan arahnya berlawanan pada balok. Jadi, dalam
hal ini pasangan aksi-reaksi adalah N dan W’.
Perlu diingat bahwa W’ dan N bukanlah gaya-gaya seimbang karena keduanya
bekerja pada benda yang berbeda. Gaya-gaya seimbang adalah antara W
dengan N yang keduanya bekerja pada benda yang sama yaitu balok. Gayagaya
yang bekerja pada balok dapat digambarkan seperti diagram benda
bebas Gambar 5.9 berikut:
Gambar 5.9 Diagram benda bebas
Resultan gaya yang bekerja pada balok sama dengan nol, sehingga balok
diam di atas meja. Dengan Hukum III Newton ini, kita dapat menjelaskan
mengapa seseorang yang memakai sepatu roda dan mendorong tembok
akan terdorong ke belakang. Ketika orang mendorong tembok, tembok akan
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 5 Hukum-hukum Newton Tentang Gerak 5 - 13
memberikan reaksi mendorong orang dengan gaya yang sama. Jadi baik
tembok maupun orang mengalami gaya yang besarnya sama. Karena tembok
lebih lembam, maka tembok akan cenderung diam, sedangkan orang yang
relatif kurang lembam cenderung terdorong ke belakang.
Latihan
1. Sebuah balok meluncur di atas lantai yang licin sempurna dengan
kecepatan awal 10m/s. Lima detik kemudian berapakah kecepatan balok?
2. Sebuah gaya 100 Newton bekerja pada sebuah benda yang massanya
adalah 10 kg. Benda terletak di atas lantai, yang gaya gesekan lantai
dengan benda adalah 40 N. Bagaimana gerakan benda? Jelaskan!
Rangkuman
1. Hukum I Newton menyatakan bahwa sebuah benda akan tetap diam atau
bergerak dengan kecepatan konstan jika tidak terdapat resultan gaya yang
bekerja padanya.
2. Hukum II Newton menyatakan bahwa resultan gaya yang bekerja pada
suatu benda akan menyebabkan benda dipercepat searah dengan arah
gaya. Besar percepatan bergantung pada besar gaya dan massa benda.
Semakin besar gaya akan semakin besar percepatan benda dan semakin
besar massa benda diperlukan gaya yang lebih besar untuk mendapatkan
percepatan yang sama.
3. Hukum III Newton menyatakan bahwa setiap ada gaya aksi selalu ada
gaya reaksi yang besarnya sama dan arahnya berlawanan.
4. Permasalahan gerak dalam kehidupan sehari-hari dapat dijelaskan dengan
menggunakan Hukum-hukum Newton tentang Gerak.
Energi
AtiqKhamdi
00:03:00
0
ENERGI
Uraian Materi 7.2
A. Pengertian Energi
Energi dari suatu benda adalah ukuran kesanggupan atau kemampuan benda
untuk melakukan suatu usaha. Sebagai contoh, sebuah mobil yang sedang
melaju kencang memiliki kemampuan untuk menghancurkan benda-benda
yang ditabraknya karena memiliki energi gerak. Sebaliknya, truk tronton yang
diam tidak akan menyebabkan kerusakan pada benda-benda sekelilingnya
karena tidak memiliki energi gerak. Demikian pula dengan bom, meskipun
dalam keadaan diam bom berpotensi untuk merusak benda-benda
disekelilingnya. Hal ini terjadi karena bom memiliki energi yang tersimpan
dalam bentuk kimia. Energi merupakan besaran skalar dengan satuan Joule.
Selain energi gerak dan energi kimia, energi dapat pula tersimpan dalam
bentuk-bentuk yang lain sebagai berikut.
• Energi potensial,
• Energi panas
• Energi listrik
• Energi matahari atau energi nuklir
• Energi cahaya
Dalam kehidupan sehari-hari, energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk
yang lainnya. Sebagai contoh, energi matahari yang berupa energi cahaya dan
energi panas dapat diserap oleh tumbuh-tumbuhan dan disimpan dalam
bentuk energi kimia. Jika manusia memakan tumbuhan tersebut maka energi
akan berpindah ke tubuh manusia masih dalam bentuk energi kimia pula.
Energi kimia dalam bentuk makanan tersebut selanjutnya dapat berubah
menjadi berbagai bentuk energi misalnya energi panas atau energi kinetik.
Dengan energi inilah manusia mampu bergerak dari satu tempat ketempat
yang lain. Meskipun berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, jumlah energi ini
selalu tetap. Hal ini akan dipelajari pada bagian hukum kekekalan energi.
Perubahan energi biasanya melibatkan perpindahan energi dari satu benda ke
benda lainnya. Air di bendungan memiliki energi potensial dan berubah menjadi
energi kinetik ketika air jatuh. Energi kinetik ini kemudian dipindahkan ke
turbin, dan akhirnya menjadi energi listrik. Setelah menjadi energi listrik, energi
akan berpindah ke berbagai benda-benda yang lain melalui kabel-kabel
transmisi.
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 7 Energi 7 - 8
B. Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena geraknya. Energi
kinetik dipengaruhi oleh massa dan kecepatan benda. Semakin besar
kecepatan atau kelajuan benda, semakin besar energi kinetik benda tersebut.
Demikian pula semakin besar massa benda yang bergerak makin besar pula
energi kinetik yang dimilikinya. Pada Gambar 7.1 energi kinetik yang dimiliki
mobil dapat menyebabkan kerusakan ketika menabrak mobil yang lain.
Secara matematis energi kinetik dapat dirumuskan sebagai berikut.
Ek = 1/2.m.v2
Keterangan:
Ep = energi kinetik (J)
m = massa dari benda (kg)
v = kecepatan dari benda (m/s)
Sebagai contoh, sebuah mobil yang massanya 1000 kg bergerak dengan
kecepatan 15 m/s. Berapa energi kinetik yang dimiliki mobil tersebut?
Permasalahan di atas dapat diselesaikan sebagai berikut.
Diketahui:
m = 1000 kg
v = 15 m/s
Ditanyakan : Ek = ……… ?
Jawaban
Ek = ½ m.v2
Ek = ½ 1000 kg.(15 m/s)2
Ek = ½ 1000 kg.225 m2/s2
Ek = 112500 Joule
Jadi energi kinetik yang dimiliki oleh mobil tersebut adalah 112500 joule.
Gambar 7.1. Mobil yang Melaju dengan Cepat Memiliki Energi Kinetik
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 7 Energi 7 - 9
C. Energi Potensial Gravitasi
Energi potensial adalah energi yang dimiliki suatu benda akibat adanya
pengaruh tempat atau kedudukan dari benda tersebut. Semakin tinggi
kedudukan sebuah benda, semakin besar energi potensial gravitasi yang
dimiliki oleh benda tersebut. Sebagai contoh, sebuah batu yang berada di atas
permukaan tanah tidak berbahaya bagi orang yang berada disekitarnya. Batu
tidak memiliki energi potensial relatif terhadap orang yang berada di
permukaan tanah. Lain halnya dengan batu yang berada di tebing
sebagaimana Gambar 7.2. Batu di atas tebing memiliki kemampuan merusak
benda-benda yang berada dibawahnya jika batu tersebut jatuh.
Secara matematis energi potensial gravitasi dinyatakan sebagai berikut
Ep = m.g.h
keterangan
Ep = energi potensial (Joule)
m = massa dari benda (kg)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = tinggi benda dari tanah (m)
Gambar 7.2. Batu yang Terdapat di Tebing Memiliki Energi Potensial
Relatif terhadap Rumah
Contoh Soal:
Buah durian tergantung pada tangkai pohonnya setinggi 8 meter, jika massa
durian 2 kg dan percepatan gravitasi 10 m/s2, berapa energi potensial yang
dimiliki durian tersebut?
Penyelesaian
Diketahui:
h = 8 meter
m = 2 kg
g = 10 m/s2
Ditanyakan: Ep = ……… ?
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 7 Energi 7 - 10
Jawaban
Ep = m.g.h
Ep = 2 kg. 10 m/s2. 8 m
Ep = 160 kg m2/s2
Ep = 160 J
Jadi energi potensial yang dimiliki oleh buah durian adalah 160 joule.
Gabungan antara energi kinetik dan energi potensial gravitasi bumi sering pula
disebut dengan energi mekanik. Jadi secara matematis energi mekanik
sebuah benda dapat dinyatakan sebagai berikut.
EM = Ep + Ek
Keterangan
EM = energi mekanik (Joule)
Ep = energi kinetik (Joule)
Ek = energi kinetik (Joule)
Dengan cara lain, energi mekanik dapat dinyatakan sebagai berikut.
EM=m.g.h+ (1/2)mv2
Keterangan
m = massa benda (kg)
g = percepatan grafitasi(m/s2)
h = ketinggian (m)
v = kecepatan benda (m/s)
Contoh soal
Sebuah benda massanya 1kg dilemparkan dari atas rumah yang tingginya 10
m dengan kecepatan 10 m/s. Berapakah energi mekanik yang dimiliki oleh
banda sesat setelah dilemparkan?
Jawaban
Diketahui:
m = 1kg
g = 10 m/s2
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 7 Energi 7 - 11
h = 10 m
v = 10 m/s
Ditanyakan EM?
EM=m.g.h+ (1/2)mv2
EM=1 kg. 10 m/s2. 10 m + (1/2) 1 kg (10 m/s)2
EM=100 J + 50 J= 150 J
Jadi, sesaat setelah dilepaskan benda memiliki energi mekanik sebesar 150 J.
D. Hukum Kekekalan Energi
Sebagaimana telah diketahui, energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk
yang lain. Di rumah kita, energi listrik dapat berubah menjadi panas ketika
listrik digunakan pada seterika dan kompor. Energi listrik dapat berubah
menjadi energi kinetik berupa gerak putar misalnya pada kipas angin dan
pompa air. Energi listrik juga dapat berubah menjadi energi cahaya jika
digunakan oleh lampu listrik. Meskipun demikian, jumlah energi tidaklah
berubah. Bentuk energi berubah dari satu menjadi yang lain namun jumlah
totalnya tetap. Hal ini sering disebut dengan hukum kekekalan energi.
Sebagai contoh, kita ingin menentukan kecepatan benda ketika jatuh di tanah
pada contoh soal sebelumnya. Sebuah benda massanya 1 kg dilemparkan
dari atas rumah yang tingginya 10 m dengan kecepatan 10 m/s. Berapakah
kecepatan benda ketika jatuh di tanah?
Energi mekanik benda ketika pada ketinggian 10 meter adalah sebagai berikut.
EM=m.g.h+ (1/2)mv2
EM=1 kg. 10 m/s2. 10 m + (1/2) 1 kg (10 m/s)2
EM=100 J + 50 J= 150 J
Sedangkan energi kinetik yang dimiliki benda sesaat ketika jatuh adalah
sebagai berikut.
EM=m.g.h+ (1/2)mv2
EM=1 kg. 10 m/s2. 0 m + (1/2) 1 v2
EM= (1/2) v2
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 7 Energi 7 - 12
Jika gaya gesekan benda dan udara serta energi yang lain dapat diabaikan,
menurut hukum kekekalan energi, energi mekanik di atas (sesaat setelah
benda dilemparkan) sama dengan energi kinetik sesaat ketika benda jatuh di
atas tanah. Jadi dapat dituliskan sebagai berikut.
EM= (1/2) 1 v2
150 J = (1/2) 1 v2
v2 = 2 x 150 = 300
v = (300)1/2
Tentu saja hal ini hanyalah angka pendekatan saja. Dalam kenyataannya
beberapa energi mekanik benda mungkin akan berubah menjadi energi kalor,
energi bunyi atau energi yang lainnya.
Hal sebaliknya terjadi jika sebuah benda dilemparkan ke atas dengan kelajuan
tertentu. Semakin tinggi kedudukan benda semakin lambat gerak benda. Hal
ini terjadi karena sebagian energi kinetik benda berubah menjadi energi
potensial.
Latihan
1. Jelaskan perubahan energi listrik yang terjadi di rumah Anda!
2. Sebuah sepeda motor yang massanya 100 kg melaju dengan kecepatan
10 m/s. Berapakah energi kineik yang dimiliki oleh sepeda motor tersebut?
3. Sebuah batu yang massanya 10 kg berada di atas menara yang tingginya
200 m. Berapakah energi potensial gravitasi yang dimiliki oleh batu
tersebut relatif terhadap permukaan tanah?
4. Sebuah pesawat terbang yang massanya 2000 kg memiliki kecepatan 100
m/s pada ketinggian 100 m. Berapakah energi mekanik yang dimiliki oleh
pesawat tersebut?
5. Sebuah peluru yang massanya 1kg ditembakkan ke atas dari permukaan
tanah dengan kecepatan 100 m/s. Tentukan ketinggian maksimum yang
dapat dicapai oleh peluru tersebut.
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 7 Energi 7 - 13
Rangkuman
1. Energi adalah sesuatu yang dimiliki suatu sistem sehingga mampu
melakukan usaha.
2. Energi Potensial adalah energi yang tersimpan dalam suatu benda karena
posisinya.
3. Energi kinetik adalah energi gerak yang dinyatakan oleh Ek = ½ m.v 2 .
4. Energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan. Energi hanya dapat
ditransformasi dari satu bentuk ke bentuk lain dengan jumlah total yang
selalu tetap.
Usaha
AtiqKhamdi
00:02:00
0
A. Pengertian Usaha
Pengertian usaha dalam fisika mungkin sedikit berbeda dengan pengertian
usaha dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, seseorang mendorong
tembok dengan sekuat tenaga selama beberapa menit. Dalam kehidupan
mungkin orang tersebut telah dapat dikatakan berusaha untuk mendorong
tembok. Namun secara fisika karena tembok tidak berpindah tempat orang
tersebut belum dapat dikatakan melakukan usaha. Mengapa demikian?
Secara sederhana, usaha dapat digambarkan sebagai perkalian vektor antara
gaya yang bekerja pada benda dan perpindahan yang diakibatkan oleh gaya
tersebut. Sebagai contoh, seorang anak menarik meja dengan gaya F dan
meja bergerak sebagaimana Gambar 8.1 di bawah ini.
Gambar 8.1 Meja Ditarik dengan Gaya F Sejauh d
Dalam kasus di atas, dikatakan anak tersebut melakukan usaha pada benda
yang besarnya W = F.d. Hal ini terjadi karena arah gaya searah dengan
perpindahannya. Jika gaya tidak searah, perlu dicari komponen gaya searah
dengan perpindahan.
Secara umum, rumus usaha dapat ditulis sebagai berikut:
W = F . d cos θ
W = Usaha (Joule)
F = Gaya (Newton)
d = Perpindahan (meter)
θ = Sudut antara gaya dan perpindahan
Berdasarkan rumusan di atas, Jadi ada dua faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya ukuran usaha yang dilakukan, yaitu (1) besar gaya yang dilakukan,
dan (2) perpindahan yang dialami akibat gaya tersebut. Untuk kasus
Uraian Materi 8.2
USAHA
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 8 Usaha 8 - 8
sederhana seandainya gaya yang dilakukan tetap dan gerak yang terjadi
lintasannya lurus searah gaya, usaha didefinisikan sebagai perkalian gaya
dengan jarak perpindahannya.
W = F . d
W = Usaha (J)
F = Gaya (N)
d = Perpindahan (m)
Satuan usaha dinyatakan oleh kombinasi satuan gaya (N) dan satuan
perpindahan (m). Satuan usaha adalah newton-meter (N.m) yang juga di sebut
joule (J). Satu joule usaha adalah satuan usaha yang terjadi bila sebuah gaya
1 N digunakan untuk memindahkan benda sejauh 1 meter. Untuk ukuran yang
lebih besar digunakan satuan kilojoule (kJ = seribu joule) atau mega joule
(MJ = sejuta joule).
Berdasarkan rumusan di atas dapat dijelaskan mengapa seseorang yang
mendorong tembok dikatakan tidak melakukan gaya. Sebesar apapun gaya
yang dilakukan, karena tembok tidak berpindah maka perkalian antara gaya
dan perpindahan juga menghasilkan nol. Berdasarkan persamaan ini dapat
pula dijelaskan mengapa seseorang yang membawa beban berjalan beberapa
meter (Gambar 8.2) juga dikatakan tidak melakukan usaha. Hal ini karena
arah gaya yang diberikan tegak lurus dengan arah perpindahan sehingga
perkalian vektornya juga sama dengan nol.
Gambar 8.2 Membawa Benda Tidak Melakukan Usaha
Contoh soal
Seorang anak menarik balok kayu yang massanya 1 kilogram dengan tali yang
membentuk sudut 60o terhadap arah gerak balok. Gaya yang dilakukan oleh
anak adalah 10 N. Jika gaya gesekan balok dan lantai diabaikan dan balok
bergeser sejauh 10 m berapakah usaha yang dilakukan oleh anak itu?
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 8 Usaha 8 - 9
F = 10 N
d = 10 m
θ = 60o
W = F . d cos θ
= 10.10. cos 60o= 50 Joule
Jadi usaha yang dilakukan oleh anak terhadap balok kayu adalah 50 Joule.
Dalam fisika juga dikenal adanya usaha negatif. Hal ini terjadi jika gaya yang
dilakukan pada benda berlawanan arah dengan arah gerakan benda. Sebagai
contoh jika kita mengerem mobil, gaya gesekan mobil berlawanan arah dengan
perpindahan mobil.
Gambar 8.3 Gaya Rem Mobil Melakukan Usaha Negatif
B. Usaha dan Perubahan Energi
Usaha memiliki kaitan yang erat dengan perubahan energi. Hal ini disebut
dengan teori usaha-energi. Jika kita melakukan usaha pada benda, maka
benda akan mengalami perubahan energi misalnya perubahan energi kinetik
atau perubahan energi potensial.
Pada sebuah benda yang massanya 1 kg dikenai usaha maka benda tersebut
akan mengalami perubahan energi. Sebagai contoh dengan memberikan gaya
angkat pada benda, maka benda yang mula-mula berada pada kedudukan
tepat di atas permukaan tanah (h=0) akan berpindah pada kedudukan lain
yaitu pada ketinggian 10 m (h=10m). Dengan demikian benda akan mengalami
perubahan energi potensial yang besarnya sebagai berikut.
W = Ä EP
= m.g. (h2-h1)
= 1. 10. 10 = 100 Joule
Jadi usaha yang dilakukan oleh gaya angkat adalah sebesar 100 Joule.
Jika benda dikenakan usaha, benda juga bisa mengalami perubahan energi
kinetik. Besarnya usaha yang dilakukan sama dengan perubahan energi
kinetik yang terjadi. Misalnya sebuah benda yang massanya 1 kilogram mulamula
dalam keadaan diam. Karena usaha yang dilakukan, kecepatan benda
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 8 Usaha 8 - 10
menjadi 10 m/s. Usaha yang dilakukan dapat ditentukan sebagai berikut.
W = Δ Ek
= ½ m v2
2-½ m v1
2
= ½ 1 102-½ 1 02
= 50 Joule
Jadi usaha yang dilakukan adalah sebesar 50 Joule
C. Daya
Dalam definisi usaha di atas, tidak dibahas berapa lama melakukan usaha
tersebut. Sejumlah usaha yang sama, misalnya mengangkat beban ke lantai
atas, bisa dilakukan dengan berjalan biasa atau bisa dengan cara berlari.
Mengapa kalau dilakukan dengan berlari kita akan lebih capai, daripada
dengan hanya berjalan biasa. Untuk memahami ini kita harus mengetahui yang
disebut dengan daya. Daya adalah sama dengan jumlah usaha yang dilakukan
tiap satu satuan waktu.
Mesin yang berdaya besar mampu melakukan usaha yang sangat cepat.
Misalnya, mobil yang berdaya dua kali lebih besar tidak selalu berarti mampu
menghasilkan usaha dua kali lebih besar, tapi dengan daya dua kali lebih
besar, dapat melakukan usaha yang sama dalam waktu setengah kalinya.
Kelebihan mobil berdaya besar tersebut adalah dari percepatan yang
dihasilkannya. Jadi, untuk mencapai laju tertentu dapat dilakukan dengan
waktu yang pendek.
Contoh lain untuk memahami daya adalah sebagai berikut. Satu liter (l) bahan
bakar dapat menghasilkan sejumlah usaha tertentu, tapi daya dapat
menghasilkan usaha tersebut dengan membakarnya bergantung pada berapa
cepat bahan bakar tersebut terbakar. Mungkin saja pada mobil, satu liter
bahan bakar mampu menghasilkan daya 50 satuan dalam setengah jam, atau
setara dengan 90.000 satuan daya dalam satu detik yang dihasilkan oleh
pesawat boeing 747.
Satuan daya adalah joule/detik (J/s), yang juga dikenal dengan Watt ( sebagai
penghargaan kepada James Watt, pembuat mesin uap). Satu Watt
dikeluarkan jika 1 joule usaha dilakukan dalam 1 detik. Satu kilowatt sama
dengan 1000 Watt. Satu megawatt sama dengan satu juta watt. Amerika
dikenal pula satuan dayakuda (horse power). Satu daya kuda sama dengan
sekitar ¾ kilowatt, jadi mesin dengan 134 daya kuda sama dengan mesin 100
Kw.
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 8 Usaha 8 - 11
Contoh
Katakanlah ada mobil ajaib yang mampu menghasilkan energi 40 megajoule
per liter bahan bakar. Jika hambatan udara dan gaya-gaya gesekan pada
mobil sebesar 2000 N. Berapa batas jarak yang dapat ditempuh oleh setiap
liter bahan bakar yang dikeluarkan pada percepatan ini?
Dari definisi usaha = gaya x perpindahan, berarti jarak = usaha/gaya. Jika
dalam 1 liter bahan bakar terdapat energi 40 juta joule digunakan untuk usaha
melawan hambatan udara dan gesekan, maka
Usaha 40000000 J
Jarak = ——— = ———————— = 20000 m/l = 20 km/l
Gaya 2000 N
Contoh
Berapa usaha yang dilakukan pada sebuah ember seberat 200 N saat Anda
membawa ember mendatar sepanjang 10 m? Berapa usaha yang dilakukan
saat mengangkat setinggi 1 m? Berapa daya yang dikerahkan saat
mengangkat ember tersebut dalam waktu 1 detik? Berapa energi potensial
ember tersebut di tempat ember tersebut diangkat?
Jawaban
Usaha yang dilakukan untuk kasus pertama adalah nol karena arah
perpindahan ember tidak merupakan akibat gaya yang arahnya tegak. Dengan
kata lain arah gaya tegak lurus terhadap arah perpindahan benda.
Usaha yang dilakukan jika mengangkat benda tersebut 1 meter adalah 200 J.
Didapatkan dari F x d = 200 N . 1 meter = 200 N.m. atau 200 J. Besarnya
energi kinetik yang dimiliki benda sifatnya relatif. Bergantung pada acuan yang
dipilih, bila diukur dari lantai berarti 200 J. Namun bila terhadap acuan lain,
harganya akan berbeda.
Rangkuman
1. Usaha adalah perkalian vektor besaran gaya dengan jarak.
2. Usaha dapat negatif dan dapat positif.
3. Usaha dapat dirumuskan W = F.d cos θ.
4. Teori usaha energi menyebutkan bahwa besarnya usaha yang dilakukan
sama dengan perubahan energi yang dialami oleh benda.
5. Daya adalah jumlah usaha yang dilakukan tiap satuan waktu
Friday 21 January 2011
Momentum dan Impuls
AtiqKhamdi
23:57:00
0
0 Momentum dan Impuls 10 - 6
A. Momentum
Perhatikanlah kendaraan yang melaju cepat pada Gambar 10.1. Perbedaan
apakah yang dapat kita amati jika dibandingkan dengan kendaraan yang diam?
Pada pembahasan paket sebelumnya telah diketahui bahwa massa yang
bergerak dengan kecepatan tertentu memiliki energi kinetik. Dalam fisika
benda yang bergerak juga memiliki besaran lain yang disebut dengan
momentum.
Gambar 10.1 Kendaraan yang melaju dengan cepat
Momentum merupakan besaran vektor yang merupakan hasil perkalian antara
besaran skalar massa dan besaran vektor kecepatan. Hasil perkalian ini
merupakan besaran vektor dan biasa diberikan simbul P. Arah dari
momentum adalah searah besaran kecepatan. Sebagai contoh, katakanlah
seorang pengendara dan sepeda motornya sedang melaju ke arah utara
dengan kelajuan 10 m/s. Jika massa pengendara dan motornya adalah 150
kg, maka momentum pengendara dan sepeda motor tersebut adalah 1500 kg
m/s dan arahnya ke utara.
Gambar 10.2 Sepeda motor dan pengendaranya
Uraian Materi 10.2
MOMENTUM DAN IMPULS
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 10 Momentum dan Impuls 10 - 7
Secara matematis momentum dapat dirumuskan sebagai berikut.
P= m v
Keterangan:
P = Momentum (kg m/s)
m = Massa (kg)
v = Kecepatan (m/s)
Contoh permasalahan:
Sebuah bola kasti yang massanya 0,3 kg melaju dengan kecepatan 6 m/s.
Tentukan momentum yang dimiliki oleh bola kasti tersebut.
Jawaban
Diketahui:
m = 0,3 kg
v = 6 m/s
Ditanya P?
P= m v = 0,3 kg.6 m/s=1,8 kg m/s.
Arah momentum bola kasti adalah searah kelajuan bola kasti.
A. Impuls
.
t
F P
Δ
Δ
=
Pada awalnya, Newton merumuskan gaya sebagai perubahan momentum tiap
satuan waktu. Dengan melakukan subtitusi, kita dapat menunjukkan bahwa
rumusan tersebut sama dengan rumusan yang kita kenal saat ini.
.
t
F P
Δ
Δ
=
.
t
F PAkhir PAwal
Δ
−
=
. . .
t
F mvAkhir mvAwal
Δ
−
=
.( ) .
t
F m vAkhir vAwal
Δ
−
=
. . m.a.
t
F m v =
Δ
Δ
=
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 10 Momentum dan Impuls 10 - 8
Jika kita mengalikan rumusan awal hukum Newton dengan interval waktu, kita
akan mendapatkan rumusan sebagai berikut.
F.Δt = ΔP.
Hasil perkalian gaya dan interval waktu inilah yang disebut dengan impuls.
Sama dengan momentum, impuls juga merupakan besaran vektor yang
arahnya sama dengan arah gaya. Secara matematis impuls disembulkan
dengan I dan dirumuskan sebagai berikut.
I = F.Δt
I = Impuls (Ns)
F = Gaya (N)
t = Interval waktu (s)
Contoh soal
Sebuah bola golf (Gambar 10.3) mendapatkan gaya 5000 N dalam rentang
waktu 0,001 detik. Berapakah impuls yang dihasilkan dari interaksi ini?
Diketahui:
F = 5000 (N)
t = 0,001 (s)
Ditanyakan I? = 5000.0,001 = 5Ns
Jadi impuls dari interaksi tersebut adalah 5 Ns dengan arah impuls searah
dengan gaya.
Gambar 10.3 Bola Golf yang Dikenai Gaya
C. Hubungan Momentum dan Impuls
Ketika kita mencoba menjabarkan rumusan awal hukum Newton kita
menemukan hubungan antara Impuls dengan momentu sebagai berikut.
ΔF.Δt = ΔP.
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 10 Momentum dan Impuls 10 - 9
Jika diuraikan maka akan didapatkan hasilsebagai berikut.
. . . . akhir awal F I = mv − mv
Jadi dapat ditunjukkan bahwa besarnya impuls sama dengan perubahan
momentum yang dialami oleh suatu benda. Hal ini dikenal dengan teorema
impuls-momentum. Teorema Impuls momentum juga dapat dirumuskan
sebagai berikut.
. . . . 2 1 F Δt = mv − mv
F = Gaya (N)
t = Interval waktu (s)
m = Massa benda (kg)
v2 = Kecepatan akhir (m/s)
v1 = Kecepatan awal (m/s)
Contoh permasalahan
Seorang mahasiswi berlatih menendang bola yang memiliki massa 2kg.
Akibat tendangan tersebut bola yang mula-mula diam akhirnya bergerak
dengan kecepatan 40 m/s. Berapakah impuls dari interaksi itu? Jika interval
waktu interaksi adalah 0,05 detik, berapakah gaya rata-rata yang diberikan
oleh kaki mahasiswi tersebut?
Diketahui:
m = 2 (kg)
v2 = 40 (m/s)
v1 = 0 (m/s)
t = 0,05 (s)
Ditanyakan: Impuls dan gaya.
Jawaban
. . . 2 1 I = mv − mv
I = 820kgkg.4m0/ms./ s − 2kg.0.
Jadi, impuls dari interaksi tersebut adalah 80 kgm/s dengan arah searah gerak
bola.
F.Δt = 80.
F.0,05 = 80.
F =160N.
Δ
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 10 Momentum dan Impuls 10 - 10
Jadi gaya rata-rata yang diberikan kaki pada bola adalah 160 N dengan arah
searah gerakan bola.
Teorema yang menghubungkan impuls dan momentum ini dapat menjelaskan
beberapa permasalahan gerak dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh,
mengapa menendang batu lebih terasa sakit dari pada menendang bola? Bola
memiliki kemampuan deformasi yang lebih tinggi dibandingkan batu. Ketika
bola ditendang (Gambar 10.4), bola akan berubah bentuk selama beberapa
selang waktu untuk kemudian kembali ke bentuk semula. Akibatnya selang
waktu menendang bola akan lebih panjang dari pada menendang batu. Secara
matematis, dapat dihitun bahwa untuk selang waktu yang panjang gaya yang
dihasilkan dalam interaksi menjadi lebih kecil.
Gambar 10.4 Bola golf yang dikenai gaya
Teorema impuls momentum juga dapat menjelaskan mengapa memakai
sabuk pengaman dianjurkan ketika mengendarai mobil Gambar 10.5. Jika
tidak menggunakan sabuk pengaman tubuh bisa terhenyak pada dashboard
mobil dan dihentikan dalam waktu yang sangat singkat. Seseorang akan
mengalami gaya tekan dasboard mobil kurang lebih 10 kali berat badannya
jika dihentikan mendadak pada kelajuan 70 km/jam. Dengan menggunakan
sabuk pengaman kecelakaan semacam itu dapat diminimalisiasi. Mobil-mobil
terbaru selain dilengkapi sabuk pengaman, juga ditambah dengan balon udara
yang akan menggembung jika terjadi tabrakan. Sabuk pengaman dan balon
udara ini akan meningkatkan waktu interaksi sehingga gaya yang diterima
tubuh dapat diminimalisir.
Ilmu Pengetahuan Alam 2
Paket 10 Momentum dan Impuls 10 - 11
Gambar. 10.5 Sabuk Pengaman
Rangkuman
1. Momentum adalah hasil kali besaran massa yang skalar dengan besaran
kecepatan yang merupakan besaran vektor.
2. Momentum merupakan besaran vektor.
3. Impuls merupakan perkalian antara gaya dengan interval waktu.
4. Impuls merupakan besaran vektor.
5. Teorema Impuls-momentum menyatakan bahwa besarnya impuls sama
dengan besarnya perubahan momentum yang dialami benda.