Thursday 18 November 2010

KAP

BAB III KONSEP DIRI

William D.Brooks mendefinisikan konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri kita bisa bersifat psikologi,sosial dan fisik.
Bagaimana watak saya sebenarnya?
Apa yang membuat saya bahagia dan sedih?
Apa yang mencemaskan saya?
Bagaimana orang lain memandang saya?
Apakah mereka menghargai atau merendahkan saya?
Apakah mereka membenci atau menyukai saya?
Bagaimana pandangan saya tentang penampilan saya?
Apakah saya orang cantik/ganteng atau jelek?
Apakah tubuh saya kuat atau lemah?
Tiga pertanyaan pertama persepsi psikologis tentang diri anda, tiga pertanyaan yang kedua persepsi sosial tentang diri anda, tiga pertanyaan terakhir persepsi fisik tentang diri anda. Pada dasarnya ada dua komponen konsep diri : komponen kognitif dan komponen afektif. Dalam psikologi sosial komponen kognitif disebut Citra diri (self image) dan komponen afektif di sebut harga diri (elf esteem).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
1.Orang Lain
Saya teringat ketika saya pertama kali diperkenalkan di sebuah universitas di Amerika sebagai Fullbright student. Orang Amerika mengenal mahasiswa yang mendapat beasiswa Fullbright sebagai orang-orang yang cerdas. Setiap orang menganggap saya cerdas, rekan-rekan menggelari saya profesor. Tiba-tiba saya, lulus dengan nilai yang biasa-biasa saja di Indonesia saya mendapat penghargaan yang luar biasa. Citra diri sudah terbentuk, saya berniat mempertahankan citra diri ini, saya cerdas karena itu saya harus berhasil. Konsep diri saya terbentuk karena pujian orang lain. Sampai sekarang saya masih ragu apakah keberhasilan itu timbul karena kecerdasan saya atau kerena pujian orang lain terhadap saya.

Harry Stack Suliva (1953) menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati dan disenangi karena keadaan kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya bila orang lain meremehkan kita, menyalakan dan menolak kita, kita akan cenderung tidak akan menyenangi diri kita. George Herbed Mead (1934) menyebut mereka significant others orang lain yang sangat penting. Richard Dewey dan W.J Humber (1966:105) menamainya affective others orang lain yang dengan mereka kita mempunyai ikatan emosional.

2.Kelompok Rujukan
Adalah kelompok yang secara emosional mengikat kita dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri misalnya kelompok pengajian, RT, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dll.

Pengaruh Konsep Diri pada Komunikasi Interpersonal
1.Nubuat yang dibuat sendiri
Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai seorang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari kuliah dengan sungguh-sungguh sehingga mendapatkan nilai yang baik





.
Kecenderungan untuk bertingkah laku sesuai dengan konsep diri disebut nubuat yang dibuat sendiri. Bila anda berfikir anda orang bodoh, anda benar-benar menjadi orang bodoh. Bila anda merasa memiliki kemampuan untuk mengatasi persoalan, maka persoalan apa pun yang anda hadapi pada akhirnya dapat anda atasi.
Sukses komunikasi interpersonal banyak tergantung pada kualitas konsep diri anda; positif atau negatif. Ada lima tanda orang yang memiliki konsep diri negatif:
1. Ia peka pada kritik, orang ini sangat tidak tahan pada kritik yang diterimanya dan mudah marah dan naik pitam, bagi orang ini kritik dianggap sebagai usaha untuk menjatuhkan dirinya.
2. Responsif sekali terhadap pujian, walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian.

KAP/Informatika/ UMG/Moh.Saudi,S.Psi

3. Heperkritis, ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apa pun dan siapa pun, mereka tidak sanggup dan tidak pandai mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebuhan orang lain.
4. Merasa tidak disenangi orang lain, merasa tidak diperhatikan, karena itulah ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persabatan.
5. Bersikap pesimis terhadap kompetisi, seperti terungkap dalam keenggananya untuk bersaing dengan orang lain dalam berprestasi. Ia menganggap tidak akan berdayamelawan persaingan yang merugikan dirinya.
Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal :
1. Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah;
2. Ia merasa setara dengan orang lain;
3. Ia menerima pujian tanpa rasa malu;
4. Ia menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat;
5. Ia mampumemperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.

1. Percaya di (Self Confidence)
Orang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Ia takut orang lain akan mengejeknya atau menyalahkannya, dalam diskusi ia akan lebih banyak diam.
Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi, akan menarik diri dari pergaulan, berusaha sekecil mungkin berkomunikasi dan hanya akan berbicara apabila terdesak saja.

2. Selektivitas
• Terpaan selektif (selective exposure)
• Persepsi selektif (selective perception)
• Ingatan selektif (selective attention)









Atraksi Interpersonal

Atraksi berasal dari bahasa latin attrahere – ad:menuju; trahere; menarik. Karena pentingnya peranan atraksi interpersonal, kita ingin membicarakan faktor-faktor yang menyebabkan mengapa persona stimuli menarik kita. Disini faktor personal dan situasional menentukan siapa tertarik pada siapa.

Faktor-faktor Personal yang Mempengaruhi Atraksi Interpersonal

• Kesamaan Karakteristik Personal
Katakanlah anda berjumpa dengan seseorang kenalan baru, percakapan anda mulai berlangsung dari masalah-masalah demografis mungkin sampai pada masalah-masalah politik dll.
• Tekanan Emosional (stress)
Bila orang berada dalam keadaan yang mencemaskannya atau harus memikul tekanan emosional, ia akan menginginkan kehadiran orang lain.
• Harga Diri yang Rendah
Menurut kesimpulan dari penelitian Walster bila harga diri direndahkan hasrat afiliasi (bergabung dengan orang lain) bertambah dan ia makin responsif untuk menerima kasih sayang dari orang lain, orang yang rendah diri cenderung mudah mencintai orang lain.
• Isolasi Sosial
Manusia mungkin tahan hidup terasing beberapa waktu, tetapi tidak untuk waktu yang lama. Isolasi sosial adalah pengalaman yang tidak enak. Beberapa orang peneliti telah menunjukkan bahwa tingkat isolasi sosial amat besar pengaruhnya terhadap kesukaan kita pada orang lain. Bagi orang terisolasi, narapidana, petugas rimba, penghuni pulau terpencil kehadiran orang lain merupakan kebahagiaan maka dalam kontek isolasi sosial ini kecenderungannya untuk menyenangi orang lain bertambah.

Faktor-faktor Situasional yang Mempengaruhi Atraksi Interpersonal

• Daya tarik fisik (Physical Attractiveness)
Beberapa penelitian lain mengungkapkan bahwa karangan orang yang di pandang cantik dinilai lebih baik daripada karangan serupa yang dibuat oleh orang lain yang dipandang jelek (Landy dan Sigall, 1974). Orang cantik atau tampan juga lebih efektif dalam mempengaruhi pendapat orang lain dan biasannya diperlakukan lebih sopan. Jadi tidak salah kalau pengusaha menggunakan wanita-wanita cantik bukan saja untuk promosi dan iklan, tetapi juga untuk menjadi petugas hubungan masyarakat.
• Ganjaran (Reward)
Secara naluri kita akan menyenangi orang yang memberikan ganjaran kepada kita. Ganjaran itu berupa bantuan, dorongan moral, pujian dan hal-hal yang meningkatkan harga diri kita.










• Familiarity
Artinya sering kita lihat atau sudah kita kenal dengan baik. Jika kita sering berjumpa dengan seseorang- asal tidak ada hal-hal lain- kita akan menyuakinya. Tak kenal maka tak sayang, witing trisno jalaran soko kulino.
• Kedekatan (Proximity)
Orang cenderung menyenangi mereka yang tempat tinggalnya berdekatan. Persahabatan lebih mudah tumbuh di antara tetangga yang berdekatan (Whyte, 1956), atau diantara mahasiswa yang duduk berdampingan (Byrne dan Buehler, 1955).
• Kemampuan (Competence)
Kita cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi dari pada kita, atau lebih berhasil daripada kita, misal pemain-pemain bulu tangkis dipuja-puja ketika berhasil mengalahkan lawannya dan di caci maki ketika mereka gagal.

No comments:

Post a Comment